Sekilas info Nasi Krawu Gresik Jatim
*Pemahaman Awal
Nasi krawu (Hanacaraka: ꦱꦼꦒꦏꦿꦮꦸ, Jawa: Sega krawu) merupakan makanan khas dari daerah Gresik, Jawa Timur. Ciri khasnya adalah nasinya yang pulen dan disajikan dengan daun pisang. Lauknya dapat berupa sayatan daging sapi, semur daging, jeroan sapi, sambal petis dan serundeng. Sambal terasi yang disajikan bersama dengan nasi krawu memiliki rasa pedas yang khas.
Nasi krawu sebenarnya pengembangan dari Nasi Madura, tetapi bila dilihat sangat jauh berbeda dengan nasi Madura yang ada di pulau Madura, hal itu karena Nasi Krawu di Gresik mengalami banyak perkembangan yang menyesesuaikan selera lidah masyarakat Gresik.
*Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Pada bulan Desember 2020, Nasi Krawu de;lah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemenristek RI sebagai Kuliner Asli Gresik. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa secara langsung menyerahkan sertifikat penetapan nasi krawu WBTB kepada Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disparekrafbudpora) Gresik, Saifuddin Ghozali di Surabaya.
*Awal Mula
Masakan ini bermula pada saat Gresik diserang oleh Cakraningrat Sampang di abad 18. Ketika Bupati Gresik dan Jawa hadir dalam pertemuan besar di Mataram, Yogyakarta, melihat Gresik yang kosong dan minim penjagaan maka Cakraningrat Madura merebut Gresik, mulai harta benda, beserta istri dan anak pejabat Gresik diboyong ke Madura, hingga kabar direbutnya Gresik yang memiliki Bandar pelabuhan terbesar di Jawa dikuasai Madura sampai tiba di Yogyakarta, tetapi tidak ada bupati yang berani menghadapi Madura untuk membantu Bupati Gresik kecuali bupati Ponorogo, maka diutuslah Bupati Ponorogo oleh Raja Mataram untuk membantu Gresik menghadapi serangan Madura.
Alhasil, perang dimenangkan oleh pasukan Gresik dan Ponorogo, para istri, anak dan harta bupati dan pejabat Gresik dikembalikan, akan tetapi sisa-sisa pasukan Madura yang berada di Gresik tidak dapat kembali ke Madura karena perahu-perahu Madura telah dibakar dan mereka dijadikan sebagai tawanan perang seumur hidup.
Sisa-sisa pasukan Madura ini baik pria dan wanita ditempatkan di suatu kamp tahanan tawanan yang kini dikenal dengan dusun Meduran/Maduran desa Roomo. Disana tawanan dari Madura diisolasikan untuk tidak berhubungan langsung dengan tuannya di pulau Madura.
Dengan berjalannya waktu, ketika dilaksanakannya kongres Sarekat Islam dipimpin oleh HOS Cokroaminoto tahun 1913 di Surabaya, yang menjunjung persatuan umat Islam di Nusantara, maka atas saran Sarekat Islam Afdeling Grisse untuk membebaskan para tawanan kamp pasukan Madura ratusan tahun hingga beranak-pinak di dusun Maduran yang juga beragama Islam.
Sejak saat itulah orang-orang dusun Maduran mulai bersosialisasi ke masyarakat Gresik yang kemudian sebagian berkerja di pesisir Gresik menjadi buruh dan penjual Nasi Madura atau Sego Meduro yang menyesesuaikan lidah masyarakat Gresik yang suka kuliner pedas.
Karena cara pengambilan nasi Madura ini dilakukan dengan cara menggunakan tangan, maka oleh masyarakat Gresik disebut dengan Krawukan (dalam bahasa Jawa berarti mengambil menggunakan tangan).
Banyak rumah makan yang menjual nasi krawu sebagai menu utamanya, yang banyak dikenal di antaranya adalah Nasi Krawu Buk Tiban, Nasi Krawu Bu Azza, Nasi Krawu Bu Timan, Nasi krawu Buk Zainab, dan Nasi Krawu Mbuk Su.
Bahkan terdapat rumah makan Nasi Krawu khas Gresik di Bangkalan, Madura yang menyebutkan bahwa nasi Krawu sebagai kuliner asal Gresik, bukan Kuliner Madura.
____
Cat :